Dua Bata Jelek

Monday, 1 February 2010

Setelah kami membeli tanah untuk vihara kami pada tahun 1983, kami jatuh bangkrut. Kami terjerat hutang. Tidak ada bangunan di atas tanah itu, bahkan sebuah gubuk pun tak ada. Pada minggu-minggu pertama, kami tidur di atas pintu-pintu tua yang kami beli murah dari pasar loak. Kami mengganjal pintu-pintu itu dengan batu bata di setiap sudut untuk meninggikannya dari tanah (tak ada matras--tentu saja, kami kan petapa hutan).

Biksu kepala mendapatkan pintu yang paling bagus, pintu yang datar. Pintu saya bergelombang dengan lubang yang cukup besar di tengahnya, yang dulunya tempat gagang pintu. Saya senang karena gagang pintu itu telah dicopot, tetapi malah jadi ada lubang persis di tengah-tengah ranjang pintu saya. Saya melucu dengan mengatakan bahwa sekarang saya tak perlu bangkit dari ranjang jika ingin ke toilet! Kenyataannya, ada saja, angin masuk melewati lubang itu. Saya jadi tak bisa tidur nyenyak sepanjang malam-malam itu.

Kami hanyalah biksu-biksu miskin yang memerlukan sebuah bangunan. Kami tak mampu membayar tukang--bahan-bahan bangunannya saja sudah cukup mahal. Jadi saya harus belajar cara bertukang : bagaimana mempersiapkan pondasi, menyemen dan memasang batu bata, mendirikan atap, memasang pipa-pipa--pokoknya semua. Saya adalah seorang fisikawan teori dan guru SMA sebelum menjadi biksu, tidak terbiasa bekerja kasar. Setelah beberapa tahun, saya menjadi cukup terampil bertukang, bahkan saya menjuluki tim saya "BBC(Buddhist Building Company)". Tetapi, pada saat memulainya, ternyata bertukang itu sangatlah sulit.

Kelihatannya gampang, membuat tembok dengan batu bata : tinggal tuangkan seonggok semen, sedikit ketok sana, sedikit ketok sini. Ketika saya mulai memasang batu bata, saya ketok satu sisi untuk meratakannya, tetapi sisi lainnya malah jadi naik. Lalu saya ratakan sisi yang naik itu, batu batanya jadi melenceng. Setelah saya ratakan kembali, sisi yang pertama jadi terangkat lagi. Coba saja sendiri!

Sebagai seorang biksu, saya memiliki kesabaran dan waktu sebanyak yang saya perlukan. Saya pastikan setiap batu bata terpasang sempurna, tak peduli berapa lama jadinya. Akhirnya saya menyelesaikan tembok batu bata saya yang pertama dan berdiri dibaliknya untuk mengagumi hasil karya saya. Saat itulah saya melihatnya--oh, tidak!--saya telah keliru menyusun dua batu bata. Semua batu bata lain sudah lurus, tetapi dua batu bata tersebut tampak miring. Mereka terlihat jelek sekali. Mereka merusak keseluruhan tembok. Mereka meruntuhkannya.

Saat itu, semennya sudah terlanjur terlalu keras untuk mencabut dua batu bata itu, jadi saya bertanya kepada kepala vihara apakah saya boleh membongkar tembok itu dan membangun kembali tembok yang baru, atau kalau perlu, meledakkannya sekalian. Saya telah membuat kesalahan dan saya menjadi gundah gulana. Kepala vihara bilang tak perlu, biarkan saja temboknya seperti itu.

Ketika saya membawa para tamu pertama kami berkunjung keliling vihara kami yang baru setengah jadi, saya selalu menghindarkan membawa mereka melewati tembok bata yang saya buat. Saya tak suka jika ada orang yang melihatnya. Lalu suatu hari, kira-kira 3-4 bulan setelah saya membangun tembok itu, saya berjalan dengan seorang pengunjung dan dia melihatnya.

"Itu tembok yang indah," ia berkomentar dengan santainya.

"Pak," saya menjawab dengan terkejut, "apakah kacamata Anda tertinggal di mobil? Apakah penglihatan Anda sedang terganggu? Tidakkah Anda melihat dua batu bata jelek yang merusak keseluruhan tembok itu?"

Apa yang ia ucapkan selanjutnya telah mengubah keseluruhan pandangan saya terhadap tembok itu, berkenaan dengan diri saya sendiri dan banyak aspek lainnya dalam kehidupan. Dia berkata, "Ya, saya bisa melihat dua bata jelek itu, namun saya juga bisa melihat 998 batu bata yang bagus."

Saya tertegun. Untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga bulan, saya mampu melihat batu bata-batu bata lainnya selain dua bata jelek itu. Di atas, di bawah, di kiri, dan di kanan dari dua batu bata jelek itu adalah batu bata-batu bata yang bagus, batu bata yang sempurna. Lebih dari itu, jumlah bata yang terpasang sempurna, jauh lebih banyak daripada dua bata jelek itu. Selama ini, mata saya hanya terpusat pada dua kesalahan yang telah saya perbuat; saya terbutakan dari hal-hal lainnya. Itulah sebabnya saya tak tahan melihat tembok itu, atau tak rela membiarkan orang lain melihatnya juga. Itulah sebabnya saya ingin menghancurkannya. Sekarang, saya dapat melihat batu bata-batu bata yang bagus, tembok itu jadi tampak tak terlalu buruk lagi. Tembok itu menjadi, seperti yang dikatakan pengunjung itu, "Sebuah tembok yang indah." Tembok itu masih tetap berdiri sampai sekarang, setelah dua puluh tahun, namun saya sudah lupa persisnya di mana dua bata jelek itu berada. Saya benar-benar tak dapat melihat kesalahan itu lagi.

Berapa banyak orang yang memutuskan hubungan atau bercerai karena semua yang mereka lihat dari diri pasangannya adalah "dua bata jelek"? Berapa banyak di antara kita yang menjadi depresi atau bahkan ingin bunuh diri, karena semua yang kita lihat dalam diri kita hanyalah "dua bata jelek"? Pada kenyataannya, ada banyak, jauh lebih banyak batu bata yang bagus--di atas, di bawah, di kiri, dan di kanan dari yang jelek--namun pada saat itu kita tak mampu melihatnya. Malahan, setiap kali kita melihatnya, mata kita hanya terfokus pada kekeliruan yang kita perbuat. Semua yang kita lihat adalah kesalahan, dan kita mengira yang ada hanyalah kekeliruan semata, karenanya kita ingin menghancurkannya. Dan terkadang sayangnya, kita benar-benar menghancurkan "sebuah tembok yang indah."

Kita semua memiliki "dua bata jelek", namun bata yang baik di dalam diri kita masing-masing, jauh lebih banyak daripada bata yang jelek. Begitu kita melihatnya, semua akan tampak tak terlalu buruk lagi. Bukan hanya kita bisa berdamai dengan diri sendiri, termasuk dengan kesalahan-kesalahan kita, namun kita juga bisa menikmati hidup bersama pasangan kita. Ini kabar buruk bagi pengacara urusan perceraian, tetapi ini kabar baik bagi Anda.

Saya telah beberapa kali menceritakan anekdot ini. Pada suatu pertemuan, seorang tukang bangunan mendatangi dan memberi tahu saya tentang rahasia profesinya.

"Kami para tukang bangunan selalu membuat kesalahan," katanya, "tetapi kami bilang ke pelanggan kami bahwa itu adalah "ciri unik" yang tiada duanya di rumah-rumah tetangga. Lalu kami menagih biaya tambahan ribuan dolar!"

Jadi, "ciri unik" di rumah Anda, bisa jadi, awalnya adalah suatu kesalahan. Dengan cara yang sama, apa yang Anda kira sebagai kesalah pada diri Anda, rekan Anda, atau hidup pada umumnya, dapat menjadi sebuah "ciri unik", yang memperkaya hidup Anda di dunia ini, tatkala Anda tidak lagi terfokus padanya.

Source : Buku "Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya - Ajahn Brahm"

Renungan 46

Thursday, 28 January 2010

Hati yang terkonsentrasi penuh, tidak mudah terseret untuk melakukan kesalahan

by : Master Cheng Yen

Renungan 45

Belajar mendengarkan pendapat orang, belajar bersikap rendah hati, tidak perlu mempelajari kekerasan

by : Master Cheng Yen

Renungan 44

Dengan memberikan materi yang berwujud pada orang lain, kita memperoleh berkah yang tak berwujud

by : Master Cheng Yen

Renungan 43

Pada saat kondisi hati dalam keadaan tenang, pada saat itulah kita seakan berada di alam yang suci

by : Master Cheng Yen

Renungan 42

Jangan takut pada banyaknya pekerjaan, hanya takut terlalu banyak mencampuri urusan orang

by : Master Cheng Yen

Renungan 41

Daripada banyak bicara, lebih baik berbicara sekedar saja, akan lebih baik lagi bila hanya membicarakan yang baik-baik saja

by : Master Cheng Yen

Renungan 40

Setiap orang bisa bersikap ramah dan akur, maka tidak akan timbul permasalahan

by : Master Cheng Yen

Renungan 39

Adanya kedamaian dalam hati, baru bisa tercipta akhlak yang baik

by : Master Cheng Yen

Renungan 38

Kebahagiaan bersumber dari kehidupan yang aman dan tentram, rasa aman dan tentram bersumber dari kedamaian dalam hati

by : Master Cheng Yen

Renungan 37

Wednesday, 27 January 2010

Keindahan dunia tercipta oleh suasana hati kita, perdamaian di dunia juga dimulai dari dalam hati kita

by : Master Cheng Yen

Renungan 36

Sikap baik yang terlihat dari luar disebut keharmonisan, sikap rendah hati yang terpancar dari dalam disebut menghormati. Dengan keharmonisan dan sikap saling menghormati diantara sesama anggota, organisasi baru dapat berkembang dengan baik

by : Master Cheng Yen

Renungan 35

Keharmonisan organisasi tercermin dari tutur kata dan perilaku yang lembut dari stiap individu

by : Master Cheng Yen

Renungan 34

Bertahan pada pendapat masing-masing, tidak saja melukai keharmonisan, terlebih lagi akan menciptakan jurang yang sulit diseberangi

by : Master Cheng Yen

Renungan 33

Yang paling dibutuhkan batin manusia adalah suasana kedamaian, batin yang damai baru merupakan berkah bagi masyarakat

by : Master Cheng Yen

Renungan 32

Giat menanam kebajikan akan menghapus malapetaka, mensucikan hati sendiri akan mendatangkan keselamatan dan kesejahteraan

by : Master Cheng Yen

Renungan 31

Menghadapi masalah dengan tenang, dengan sendirinya suasana hati kita penuh dengan kedamaian

by : Master Cheng Yen

Renungan 30

Menggunakan kekerasan hanya akan memperparah masalah; Hati yang tenang dan sikap yang ramah baru dapat benar-benar menyelesaikan masalah

by : Master Cheng Yen

Renungan 29

Seorang yang slalu disenangi orang, tentu memiliki tutur kata yang halus, bersikap rendah hati dan sopan, hingga tidak saja ucapannya enak didengar, tetapi juga berkenan di hati setiap orang

by : Master Cheng Yen

Renungan 28

Mengurangi sepatah kata, mungkin akan kehilangan kesempatan baik, namun dengan menambah sepatah kata bisa merusak segalanya

by : Master Cheng Yen

Renungan 27

Menjalin hubungan baik yang luas antar sesama, tidak saja bisa memberi citra anggun bagi diri sendiri, juga bisa menimbulkan rasa senang bagi orang yang bertemu dengan kita

by : Master Cheng Yen

Renungan 26

Andaikan bisa berperilaku lemah lembut dalam keseharian,akan membuat kita hidup dalam suasana penuh kedamaian, tenang dan tidak emosional

by : Master Cheng Yen

Renungan 25

Hormati diri sendiri dan hargai orang lain; Setiap orang bersikap ramah, saling memberi perhatian, saling mengasihi dan saling bantu, merupakan sifat yg luhur, bajik dan indah

by : Master Cheng Yen

Renungan 24

Banyak sekali perubahan yang terjadi dalam kehidupan manusia,hendaknya dari beraneka perubahan tersebut mendapatkan cara mendidik diri sendiri agar mampu mengatasi semua masalah dengan sempurna

by : Master Cheng Yen

Renungan 23

Orang berbudi luhur berjuang demi tujuan yang mulia,sedangkan orang yang tak berakhlak berbuat sesuatu demi tujuan kepentingan pribadi

by : Master Cheng Yen

Renungan 22

Menebarkan cinta kasih di dunia adalah menebarkan cinta kasih universal diantara sesama manusia

by : Master Cheng Yen

Renungan 21

Luangkan sedikit kesempatan bagi diri sendiri dan orang lain,jangan selalu bersikukuh pada kebenaran diri sendiri

by : Master Cheng Yen

Renungan 20

Dalam rangka mengatasi permasalahan yang terjadi dalam masyarakat,hendaknya mampu menyelesaikannya sesuai dengan keinginan anggota masyarakat dan menyatu dengan hati masyarakat

by : Master Cheng Yen

Renungan 19

Dalam membina seseorang binalah hatinya dengan kasih yang tulus, atasi segala masalah dengan cara yang sesuai dengan kaidah,dengan demikian akan mendapatkan simpati yang dalam dari semua orang

by : Master Cheng Yen

Renungan 18

Selalu berniat baik,maka segalanya akan aman sentosa

by : Master Cheng Yen

Renungan 17

Selalu berada dalam kondisi hati bersukacita maka setiap saat berada dlm kemujuran

by : Master Cheng Yen

Renungan 16

Bersatu hati berbuat kebajikan,bersumbangsih dgn ramah,saling mengasihi dan saling mengagumi,mengulurkan tangan saling membantu

by : Master Cheng Yen

Renungan 15

Monday, 25 January 2010

Dunia damai sejahtera bila hati manusia penuh dengan kebajikan,bencana akan timbul dikala hati manusia diliputi niat jahat

by : Master Cheng Yen

Renungan 14

Bersatu hati dalam kegiatan "menebarkan cinta kasih di dunia", dengan kasih sayang memberikan penghiburan di alam kehidupan manusia

by : Master Cheng Yen

Renungan 13

Bersatu hati baru mampu saling membantu,dengan demikian baru akan terhimpun kekuatan yang besar.

by : Master Cheng Yen

Renungan 12

Cita2 pasti tercapai bila semuanya bertekad "bersatu hati dalam keharmonisan"

by : Master Cheng Yen

Renungan 11

Berkegiatan dalam organisasi,hendaknya bisa mengagumi kelebihan orang lain,dengan demikian baru bisa mengoptimalkan potensi "Bersatu hati dan harmonis."

by : Master Cheng Yen

Renungan 10

Hidup berorganisasi,memerlukan kesabaran,tahan uji. Mampu menguraikan simpul masalah di dalam hati serta berjiwa besar,dengan demikian organisasi baru bisa mendapatkan kemajuan

by : Master Cheng Yen

Renungan 9

Thursday, 21 January 2010

Setiap usaha yang tekun pasti memperoleh hasil yang nyata

by : Master Cheng Yen

Renungan 8

Senantiasa mempunyai niat yang benar didalam hati,waktu dan posisi yang mana saja adalah waktu dan posisi yg membawa berkah

by : Master Cheng Yen

Renungan 7

Selalu berbaik hati,setiap hari adalah hari yg baik

by : Master Cheng Yen

Renungan 6

Tanpa niat dan pikiran yang sesat,batin menjadi tenteram,hati yang lurus tidak akan mudah dirasuk oleh kesesatan

by : Master Cheng Yen

Renungan 5

Surga dan neraka dicipta oleh niat dalam hati dan perbuatan kita sendiri

by : Master Cheng Yen

Renungan 4

Wednesday, 20 January 2010

Batin manusia bagaikan sepetak sawah,bila tidak ditanami dengan bibit yang baik,juga tidak akan membuahkan hasil yang baik

by : Master Cheng Yen

Renungan 3

Pelita yang ada di altar Sang Buddha tidak perlu dinyalakan secara khusus,yang terpenting adalah nyalakan pelita di dalam hati kita sendiri

by : Master Cheng Yen

Renungan 2

Ada orang menyalakan pelita untuk mendapatkan cahaya terang,sesungguhnya cahaya terang yang sebenarnya ada dalam hati kita

by : Master Cheng Yen

Renungan 1

Dengan kondisi hati yang tenang,amatilah prilaku dan dengarlah suara semua makhluk di alam semesta

by : Master Cheng Yen